@SubuhAdzan

jadwal-sholat

Rabu, 12 Agustus 2015

17 Agustus Bukan Hari Lahirnya Bangsa Indonesia?


17 Agustus Bukan Hari Lahirnya Bangsa Indonesia?


Nama negara kita sejak dulu bermacam–macam mulai dari bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara(Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut tanah air Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa).Bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air disebut "Kepulauan Hindia" (Indische ArchipelIndian Archipelago,l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost IndieEast IndiesIndes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische ArchipelMalay Archipelagol'Archipel Malais).

Pada jaman Belanda, nama yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie(Hindia Belanda), sedangkan pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).Eduard Douwes Dekker ( 1820 – 1887 ), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaituInsulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" ( Bahasa Latin insulaberarti pulau).

Pada tahun 1847 di Singapura terbit majalah ilmiah, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819 – 1869), warga Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Pada tahun 1849 ahli etnologi bangsa Ingris, George Samuel Windsor Earl (1813 – 1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikelOn the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesosdalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:

"... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians".

Earl sendiri memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon ( Srilanka ) dan Maladewa. Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Di awal tulisannya, Logan menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:

"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago".

Ketika mengusulkan nama "Indonesia" Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.

Tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826 – 1905 ) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga ada anggapan istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Pribumi yang awalnya menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan namaIndonesische Pers-bureau. Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiĆ«r (orang Indonesia).

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:

"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun (1924). Pada tahun 1925, Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan Sumpah Pemuda. Berikut Petikan Naskah Sumpah Pemuda

Pertama :
KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA, MENGAKU BERBANGSA YANG SATU, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENGJUNJUNG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA

Dengan pendudukan tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda". Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Republik Indonesia.


Dari naskah sumpah pemuda tersebut dapat dikatakan bahwa bangsa kita lahir pada tanggal 28 Oktober 1928, bukanya 17 Agustus 1945, pada tahun tersebut telah resmi menyebut diri bangsa Indonesia dan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan.


Sumber :

Jumat, 13 Februari 2015

Mana Yang Kamu Inginkan ??





Kamu tak akan temukan hal yg baik dalam diri seseorang, jika kamu terus membandingkannya dengan seseorang yang menurutmu lebih baik...

Kamis, 12 Februari 2015

Love Elasting









“Dia adalah orang yang paling berbahagia, entah dia seorang raja atau petani, manakala dia menemukan kedamaian di rumahnya....”
Jadi bawalah damai masuk ke dalam keluarga anda ...

Rabu, 11 Februari 2015

It's about learning to dance in the rain





"Life's not about waiting for the storms to pass...It's about learning to dance in the rain."
Jadi jangan pernah berharap hidup tanpa masalah, belajarlah untuk memposisikan diri anda dengan benar dalam setiap masalah....

Bercerminlah..!! Dan Lihatlah Dirimu Yang Sesungguhnya



Tidak penting apa kata orang.... yang terpenting adalah cara kita memandang diri sendiri. Karena bukan mereka yang menentukan kita akan jadi apa....itu adalah pilihan kita sendiri

Selasa, 10 Februari 2015

THANKS GOD FOR EVERYTHING






Hidupmu terasa berat? Itu karena kamu terlalu fokus pada hal-hal buruk dalam hidupmu....
Hitunglah setiap berkat dan rejeki yang ditabur Tuhan di jalanmu dan mulailah mengucap syukur.... Ucapkanlah dengan lantang ..... THANKS GOD FOR EVERYTHING!!!

Senin, 09 Februari 2015

Keep Moving






Winston C. berkata bahwa "Kesuksesan adalah terus melaju dari kegagalan satu ke kegagalan lain tanpa kehilangan antusiasme."
Jadi untuk suskses anda perlu memastikan bahwa anda tidak kehilangan antusiasme.... keep moving forward my friend!